Beranda » Investasi » Menabung Emas Bukanlah Investasi

Menabung Emas Bukanlah Investasi

Emas merupakan salah satu instrumen investasi yang sering digadang-gadang sebagai Safe Haven.

Apa itu Safe Haven? Menurut artikel dari Bareksa.com, safe haven adalah sebuah aset yang walaupun pasar sedang tidak stabil atau bergejolak ia tetap bisa mempertahankan nilainya secara tetap atau bahkan bisa meningkat.

Emas menjadi salah satu aset Safe Haven ini karena telah dipercaya dan dibuktikan bahwa emas dapat mempertahankan nilai asetnya atau bahkan meningkat ketika tren pasar sedang turun.

Tak terkecuali pada saat pandemi seperti ini. Dalam krisis pandemi, semua hal menjadi tidak pasti tak terkecuali dalam dunia investasi.

Setelah hampir dua tahun kita merasakan pandemi dan kita belum tahu pasti ujung dari pandemi ini berakhir sampai kapan.

Banyak dari investor yang merugi karena tren pasar turun dan mengubah portofolio mereka ke instrumen investasi yang lebih aman yaitu Emas.

Namun, tahukah kamu bahwa emas itu sebenarnya tidak cocok dikatakan instrumen investasi?

Kenapa bisa begitu ya?

Sejarah Emas

Sejarah emas ditemukan pada tahun 40.000 SM di gua-gua yang ada di Spanyol dalam bentuk pecahan. Pada tahun 3.600 SM emas sudah mulai diolah (dilebur) dan dijadikan sebagai alat perhiasan dan komoditas oleh masyarakat Mesir.

Pada abad tersebut emas belum menjadi alat tukar nilai yang resmi. Hingga pada tahun 564 SM, Raja dari negeri Lidia yaitu Raja Croesus mulai menggenjot produksi emas dengan meningkatkan teknik pemurnian dan membangun mata uang emas pertama di dunia sebagai mata uang Internasional. (sumber : detik.com)

Dari era Raja Croesus hingga sekarang, emas masih eksis menjadi alternatif komoditi utama pengganti mata uang yang beredar.

Alasan Emas Bukanlah Instrumen Investasi

Di atas kita sudah sedikit singgung terkait sejarah emas yang masih eksis dari 4.000 SM hingga sekarang. Menjadikan emas menjadi satu-satunya komoditi tertua di dunia.

Inilah menjadi alasan para investor sangat percaya terhadap emas karena sudah melewati ribuan tahun dan masih eksis.

Karena kepercayaan orang banyak inilah yang menjadikan emas menjadi salah satu instrumen investasi yang dimiliki oleh para investor.

Mereka berharap dengan memiliki emas maka akan mendapat keuntungan dari perbedaan harga jual dan harga beli.

Bagi yang belum tahu, emas adalah sebuah komoditi yang diperdagangkan selayaknya saham dan forex.

Investor yang membeli di harga rendah berharap ada kenaikan harga dimasa mendatang.

Untuk saya pribadi, saya tidak akan memasukkan emas ke dalam portofolio saya sebagai investasi. Kenapa begitu?

Mari kita bahas!

Investasi Emas itu Rugi

Seperti yang kita tahu bahwa emas adalah aset berharga tertua di dunia yang membuat sudah dikenal dan dipercaya oleh banyak orang.

Dipercaya oleh banyak orang membuat harga emas “stuck” di situ saja tanpa kenaikan harga yang pesat.

Kenaikan harga yang rendah berarti imbal hasil instrumen investasi tersebut rendah.

Mari kita ambil data dari pegadaian.co.id terkait harga jual emas. Data 10 tahun terakhir (Agustus 2001 – Agustus 2021) kenaikan harga emas mencapai +36,6% dari awalnya Rp600 ribuan – Rp820 ribu.

harga emas 2001-2021 pegadaian
Grafik Harga Emas dari Agustus 2001 – Agustus 2021

Artinya dalam 10 tahun terakhir, emas hanya memberikan rata-rata imbal hasil +3,66%.

Rendah sekali, bukan?

Dari data imbal hasil tahunan emas tersebut belum kita kurangi dengan angka inflasi di Indonesia.

Inflasi merupakan turunnya nilai mata uang, inflasi merupakan hal wajar dan selalu terjadi tiap tahun. Dalam investasi, investor wajib menghitung juga angka inflasi sebagai pengurangan imbal hasil yang didapat.

Mari kita bandingkan dengan tingkat inflasi Indonesia dari tahun 2001-2021. Menurut data dari Statista.com menyebutkan bahwa rata-rata tingkat inflasi Indonesia dalam 10 tahun terakhir adalah 13,2%.

inflasi indonesia 1986-2026
Angka Inflasi di Indonesia dari 1986-2026* perkiraan

Itu berarti jika kamu investasi emas dalam 10 tahun terakhir, kamu masih merugi -9,66%!

Masa investasi malah buntung!

Perbedaan Harga Jual dan Harga Beli yang Tinggi

Dalam dunia investasi, khususnya emas. Sebagai investor kita harus tahu dulu aturan wajib berinvestasi, yaitu :

Beli di Harga Rendah dan Jual di Harga Tinggi.

Untuk emas itu sendiri, investor berharap bahwa harga emas yang dibeli bisa naik suatu saat dengan imbal hasil yang tinggi lalu menjualnya.

Jika kamu berinvestasi emas kamu tidak bisa mudah untuk mendapatkan imbal hasil yang tinggi tersebut dalam jangka waktu yang pendek.

Kenapa bisa begitu?

Di emas ada perbedaan harga beli yang lebih tinggi dibanding harga jualnya.

Mari kita lihat data harga emas dari harga-emas.org. Dari data yang didapat, harga belinya Rp826.766/gr dan harga jualnya Rp812.297/gr.

harga emas 10 Agustus 2021
Harga Emas 10 Agustus 2021 via Pluang

Artinya apa? jika kamu membeli emas 1 gram saja dengan harga Rp826.766 dan menjualnya pada saat itu juga yaitu Rp812.297 kamu langsung merugi -1,7%!

Bayangin, baru masuk saja kamu sudah merugi hingga 1 persen lebih. Artinya jika kamu mau untung kamu harus keluar dulu dari perbedaan harga jual-belinya (spread) baru akan dapat keuntungan.

Tentu tidak mudah untuk mendapat 1,7% tersebut, jika kita gunakan data rata-rata emas yang sudah kita dapat pada poin pertama di atas maka setidaknya kita harus menunggu 4 bulan baru merasakan keuntungan.

Jika menjual kurang dari 4 bulan? ya kamu RUGI.

Poin penting yang harus kamu perhatikan terkait spread (perbedaan harga) jual dan beli emas :

  • Tempat beli emas memengaruhi spread harga emas, pilihlah platform jual-beli emas yang mempunyai spread harga yang rendah, contohnya Pluang. (No Endorse!). Hindari beli emas di toko perhiasan emas untuk tujuan investasi, yang ada kamu malah tambah rugi!
  • Beli emas dengan berat tinggi maka lebih murah. Jika kamu ingin membeli emas, saya sarankan untuk langsung membeli dengan bobot yang lebih tinggi dibanding beli secara kecil-kecilan (misalnya 0,5 atau 1gr). Karena dengan bobot yang lebih tinggi maka harga yang dibeli lebih murah.
  • Ketahui jenis emas yang dibeli. Ada banyak sekali perusahaan tambang emas di Indonesia yang menjual emasnya ke konsumen ritel seperti kita, beberapa di antaranya adalah Antam dan Minigold. Pilihlah emas yang berasal dari perusahaan tambang ternama yang sudah digunakan oleh banyak orang. Contoh saja Antam (No Endorse!).
    Alasan kamu harus membeli di Antam adalah karena emas dari Antam lebih suka dibeli oleh orang-orang.

Membeli Emas = Berharap Pasar Jelek

Seperti yang kita tahu bahwa emas adalah satu safe haven atau aset yang diharapkan dapat naik harganya jika pasar sedang jelek.

Kita pakai logika sederhana saja, jika kamu membeli emas maka secara tidak langsung kamu berharap instrumen investasi lain khususnya Saham itu jelek.

Menurut banyak data, harga emas akan melambung tinggi ketika tren pasar sedang turun seperti sekarang karena pandemi.

Itu artinya, jika kamu membeli emas maka kamu berharap tren pasar turun untuk mendapatkan imbal hasil yang tinggi.

Kesimpulan

Dari sini kita bisa ambil kesimpulan.

Dari banyaknya kata yang bisa saya tulis saya simpulkan bahwa :

Emas bukanlah instrumen investasi melainkan hanya tabungan untuk mempertahankan inflasi.

Dari imbal hasil yang rendah dan angka spread yang tinggi menjadikan emas bukanlah instrumen investasi tapi lebih cocok ke tabungan saja.

Tidak seperti tabungan di bank yang uang kita dimakan inflasi tahunan, emas bisa menjaga hal tersebut.

Dengan emas kita bisa mempertahankan inflasi tersebut sehingga tidak menggrogoti dana yang kita punya.

Cukup sisihkan 10-15% dari total portofolio uang dingin kita ke instrumen emas maka sudah cukup.

Untuk sebagian besar lain lebih baik dipindahkan ke instrumen investasi lain yang lebih menguntungkan selayaknya Reksa Dana.

Sebelumnya saya sudah banyak membahas terkait Reksa Dana. Jika kamu tertarik untuk membacanya bisa langsung saja meluncur kesini : Belajar Investasi Reksa Dana.

Tinggalkan komentar