Tak ada habisnya untuk membahas sebuah investasi. Investasi begitu menarik bagi yang menekuni dan begitu boring bagi yang tidak begitu paham dengan investasi.
Ada banyak sekali instrumen investasi yang bisa kita pilih tergantung dengan profil risiko dan target keuntungan kita, beberapa diantaranya adalah : Emas, Deposito, Obligasi, Cryptocurrency, Properti, Valuta Asing, Tabungan, Saham, dan tentunya Reksa Dana.
Dari sekian banyak instrumen investasi tadi, banyak investor yang lebih memilih untuk terjun di hanya satu instrumen investasi, lebih dari satu atau bahkan terjun di semua instrumen investasi tersebut.
Namun, banyak juga investor yang sampai sekarang masih bingung untuk menentukan mulai dari mana. Seperti yang kita tahu, instrumen investasi itu banyak dan sebagian dari mereka takut salah nyebur dan seharusnya memaksimalkan keuntungan menjadi kerugian.
Karena hal ini banyak para investor yang jadi takut untuk memulai, banyak juga cerita dari para investor lain yang mengalami kerugian jutaan hingga ratusan juta membuat keinginan untuk mulai investasi hampir tidak ada.
Dari ketujuh instrumen investasi yang saya sebutkan, ada profil risikonya masing-masing. Tapi satu hal yang pasti dalam hukum investasi yaitu :
Semakin tinggi sebuah tingkat risiko maka semakin tinggi pula keuntungan yang akan didapat. Sebanding dengan kebalikannya, semakin rendah risiko maka semakin kecil pula keuntungan yang akan didapat.
Daftar Isi
Tingkatan Risiko Dalam Investasi
Ketujuh instrumen di atas dibedakan menjadi tiga tingkatan risiko yang bisa kita lihat guide-nya agar bisa melihat instrumen apa yang cocok bagi profil risiko yang kita punya :
– Risiko Rendah : Emas, Deposito, dan Tabungan
– Risiko Menengah : Obligasi dan Reksa Dana
– Risiko Tinggi : Cryptocurrency, Properti, dan Valuta Asing
Dari ketiga tingkatan risiko di atas tinggal dicocokkan saja sama profil risiko kamu. Jujur untuk saya sendiri lebih cocok untuk main di produk investasi yang mempunyai risiko moderat atau menengah.
Tidak sedikit para investor yang masih bingung untuk memilih dari ketiga tingkatan risiko yang saya sebutkan tadi.
Tapi menurut saya, lebih baik memilih dua tingkatan risiko yaitu menengah dan tinggi saja karena jika kita memilih tingkat risiko rendah sangat tidak worth it dengan waktu dan keuntungan yang akan didapat.
Tapi semuanya balik lagi ke kamu sebagai investor.
Maka dengan itu, tentukan profil risikomu sendiri.
Reksa Dana Saham atau Trading Saham?
Ngomongin, tingkat tingkat risiko menengah dan tinggi. Sebenarnya kedua tingkatan tersebut ada sebuah kemiripan.
Apalagi jika kita membahas sebuah Reksa Dana Saham dan Trading Saham. Keduanya tampak mirip dan tidak ada bedanya karena memang keduanya bermain pada instrumen yang sama yaitu SAHAM.
Tapi apa benar, keduanya tidak ada perbedaan?
Sebenarnya.. Ada.
Jika dalam trading saham uang kita sepenuhnya dikelola oleh kita sendiri, berbeda dengan reksa dana saham. Dalam reksa dana saham uang kita dikelola oleh Manajer Investasi dari produk reksa dana tersebut.
Tugas kita sebagai investor hanya memilih produk investasi yang mempunyai manajer investasi piawai dalam meracik portofolio emiten sahamnya.
Perbedaan yang kedua adalah imbal hasil keuntungannya, jika dilihat reksa dana saham mempunyai imbal hasil yang sedikit lebih rendah dibanding jika kita terjun langsung ke trading sahamnya langsung.
Karena hal ini muncul pertanyaan.
“Loh, kalau begini berarti lebih baik terjun ke trading saham saja dong? toh lebih banyak untung trading saham dibanding reksa dana saham”.
Eits… Tak bisa semudah itu, ada beberapa keunggulan yang bisa kamu dapat jika kamu lebih memilih reksa dana saham dibanding trading saham. Apalagi bagi kamu yang mempunyai profil risiko moderat, better ke reksa dana saham.
Mau tahu alasannya?
Saya sudah rangkum kenapa reksa dana saham lebih menguntungkan dibanding terjun ke trading saham
Alasan Kenapa Lebih Baik Kamu Memilih Reksa Dana Saham
Pada beberapa paragraf sebelumnya saya sudah sedikit singgung masalah perbedaan reksa dana saham dan trading saham, kali ini saya akan membagikan pandangan subyektif saya kenapa kamu lebih baik memilih reksa dana saham dibanding terjun ke stock market-nya langsung.
Kemudahan
Tak bisa dipungkiri, banyak investor yang lebih memilih investasi pada instrumen reksa dana karena kemudahan dalam investasinya. Bagaimana tidak, kita hanya perlu menabung di reksa dana setelah itu kita tinggal tidur dan mempercayakan uang kita dikelola oleh manajer investasi yang sudah kita pilih sebelumnya.
Salah satu alasan kenapa trader saham (sebutan bagi orang yang suka jual-beli saham atau investor yang bermain di pasar saham) banting setir dari trading saham ke reksa dana saham adalah kemudahan yang dimiliki oleh reksa dana saham.
Kita hanya perlu memilih manajer investasi yang piawai dan voila, kita sudah bisa menikmati keuntungannya.
Berbeda dengan trading saham yang mengharuskan kita untuk mengecek harga tiap hari, jam, bahkan menit agar kita terhindar dari kerugian akibat telat masuk atau telat keluar.
Alasan ini juga nyambung ke alasan kedua yaitu
Kita Tidak Perlu Belajar Fundamental atau Teknikal
Seperti yang kita tahu, untuk memaksimalkan keuntungan dan menghindari kerugian dalam trading saham adalah kita diharuskan untuk belajar sendiri bagaimana sebuah fundamental perusahaan yang akan kita beli sahamnya.
Tak lupa juga kita perlu belajar teknikal agar tahu kapan waktu yang tepat untuk masuk dan tidak terlambat untuk keluar.
Di reksa dana kalian tidak perlu hal tersebut karena semuanya sudah dikelola oleh manajer investasi.
Tugas kita hanya TIDUR.
Iya TIDUR.
Meminimalkan Risiko
Sudah beberapa kali saya singgung bahwa saham dan reksa dana saham ada di tingkatan risiko yang berbeda namun keuntungan yang akan didapat itu mirip.
Di saham kita perlu belajar tetek bengek agar terhindar dari kerugian. Di reksa dana kamu tidak perlu melakukan hal tersebut.
Karena semua hal sudah dipercayakan ke manajer investasi.
Tidak Perlu Modal Awal yang Banyak
Harga emiten dalam saham itu bervariasi. Ada yang harganya ratusan rupiah per lembar saham, ada juga yang sampai puluhan ribu per lembar saham.
Namun sebelumnya kamu harus tahu bahwa minimal pembelian emiten saham itu sebanyak 100 lembar = 1 lot.
Semisal jika kita membeli saham BBCA per hari ini Rp30.375/lembar saham, maka kita harus membeli minimal Rp3.037.500 (30.375*100) untuk 1 lot.
Cukup banyak kan minimal pembelian yang harus kita beli?
Berbeda dengan reksa dana saham, saya contoh Sucorinvest Equity Fund yang mematok minimal pembelian hanya Rp100.000, atau Jarvis Balanced Fund yang mematok Rp1.000.000 untuk minimal transaksinya.
Kesimpulan
Itulah beberapa alasan kenapa harus membeli reksa dana saham daripada trading saham. Penilaian ini bersifat subyektif dari saya, tidak menutup kemungkinan saya akan membuat tulisan lain sebaliknya.
Seperti yang sudah saya sering katakan, semua keputusan ada di tangan kamu sendiri. Jadi, bisa lebih bijak lagi dalam memilih keputusan. Semua kerugian karena menelan mentah-mentah advice yang ada di tulisan ini saya tidak bertanggung jawab.
Cheers…
Kenapa dividen pada trading saham tidak diperhitungkan ?
Tidak semua emiten saham membagikan dividen. Bahkan tidak ada 10% dari total emiten saham yang listing di BEI yang membagikan dividen