Saat kamu membaca judul postingan ini pasti kamu akan bertanya “Ini hanya clickbait ape gimane?”. Tentu dengan lantang saya katakan bahwa membeli sebuah produk reksa dana itu yang paling terbaik adalah dengan membeli saat harganya turun.
Ada alasan kenapa saya berani bilang begitu, saya tidak asal-asalan dalam beropini. Ada dasar dalam opini tersebut yang akan mengubah cara pandang kalian dalam berinvestasi. Terutama dalam instrumen Reksa Dana.
Dalam artikel ini, saya akan membahas tentang waktu terbaik untuk membeli sebuah produk reksa dana dalam beberapa bahasan yang mendalam. Jika kamu tidak ada waktu untuk membaca semuanya, kamu bisa langsung aja skip ke pembahasan-pembahasan lainnya.
Setidaknya akan ada beberaoa sub bahasan yang akan kita bahas. Jadi, siapkan waktu kamu untuk membaca artikel ini.
Daftar Isi
Kenapa Sebaiknya Kita Membeli Reksa Dana yang Sedang Turun
Ketika berinvestasi dalam instrumen Reksa Dana artinya dana yang kita investasikan akan di percayakan ke Manajer Investasi (MI) terbaik yang kita pilih.
Dalam dunia Reksa Dana pun dibagi lagi dalam beberapa jenis-jenis reksa dana, diantaranya, Reksa Dana Pasar Uang (RDPU), Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT), Reksa Dana Campuran (RDC), Reksa Dana Indeks (RDI), dan Reksa Dana Saham (RDS).
Dalam kelima jenis reksa dana tadi, kita akan berfokus ke pembahasan Reksa Dana Campuran, Reksa Dana Indeks, dan Reksa Dana Saham karena ketiga reksa dana tersebut punya sifat volatil yang tinggi dan sangat terpengaruh terhadap sentimen pasar.
Seperti yang sudah saya bahas diatas, dalam reksa dana, dana kita dititipkan ke Manajer Investasi untuk dikelola. Saat kita berinvestasi ke Reksa Dana Campuran : Jarvis Balanced Fund misalnya, dana yang dikelola oleh Manajer Investasi akan dipecah-pecah dan disebar ke beberapa instrumen investasi lain yang dalam Fund Fact Sheet nya akan disebar ke :
– Pasar Uang : 1% – 79%
– Surat Hutang : 1% – 79%
– Saham : 1% – 79%
Perlu diperhatikan untuk instrumen Saham. Saham merupakan sebuah instrumen investasi yang sangat volatil yang artinya harganya bisa sangat cepat untuk naik dan sangat cepat untuk turun.
Dengan cara kamu membeli sebuah reksa dana di harga rendah, artinya kamu tahu sebuah dasar dari sebuah investasi.
“Kalau Saya Beli di Harga Murah dan Harganya Turun Terus Bagaimana?”
Disini kamu perlu dua aspek yang harus kamu ketahui :
1. Pilihlah Manajer Investasi yang baik
Dalam dunia reksa dana, banyak sekali manajer investasi yang bisa kamu pilih yang menurutmu paling baik.
Tapi, yang baik itu yang bagaimana?
Setidaknya kamu dapat memilih dari Total AUM atau dana kelolaan yang sudah tinggi. Dengan Total AUM yang tinggi, artinya banyak investor lain yang memercayakan ke Manajer Investasi tersebut dan terhindar dari pembubaran oleh OJK.
Pilihlah dari Top Holding-nya yang menjanjikan. Dalam Reksa Dana Campuran dan Reksa Dana Saham setiap Manajer Investasi mempunyai strategi sendiri dalam meracik dana kelolaannya agar mendapatkan imbal hasil yang tinggi. Untuk mendapatkan hasil imbal yang tinggi, tidak sedikit para MI ini memilih emiten-emiten saham gorengan agar mendapatkan return yang tinggi dalam waktu dekat.
Sebagai investor, kita seharusnya dapat memperhatikan Prospektus dan Fund Fact Sheet dalam sebuah produk reksa dana sebelum berani mempercayakan dana kita ke reksa dana tersebut. Pilihlah reksa dana yang mempunyai Top Holding menjanjikan dan bukan abal-abal.
Itu adalah dua cara menentukan Manajer Investasi yang baik, sebenarnya ada banyak cara yang bisa kamu gunakan salah satunya adalah melihat CAGR tahunannya dan lain-lain. Karena keterbatasan waktu dan tulisan, kita langsung saja ke pembahasan selanjutnya.
2. Reksa Dana Akan Selalu Naik
Tidak seperti saham yang tingkat volatilnya sangat tinggi dan susah untuk rebound. Dalam bermain reksa dana besar kemungkinan saat market sedang crash akan terjadi rebound. Hanya saja kita harus berikan waktu bagi produk reksa dana untuk bangkit.
Itulah kenapa RDC, RDC, dan RDI harus kamu beli untuk investasi jangka panjang. Karena jika sudah bearish akan butuh untuk naik kembali.
Menurut sejarah, kebanyakan reksa dana yang mengalami bearish tetap akan naik karena dalam reksa dana ada kebijakan yang mengharuskan Manajer Investasi memecah ke banyak instrumen, dalam dunia investasi kita bisa menyebutnya disverifikasi.
Hanya sedikit dari produk reksa dana yang dibubarkan karena dana investor digunakan pada instrumen yang salah, tidak ada 0,01% kok. Tenang saja.
Nah itulah dua aspek yang perlu kamu perhatikan sebelum membeli sebuah produk reksa dana.
Dengan kamu memperhatikan kapan kamu harus masuk untuk membeli sebuah produk reksa dana artinya kamu juga berkesempatan mendapat imbal hasil yang lebih tinggi.
Metode Pembelian Reksa Dana
Diatas kan sudah dijelaskan tuh kenapa kita diharuskan membeli reksa dana di harga yang sedang diskon.
Nah pada pembahasan selanjutnya kita akan membahas beberapa skema atau strategi yang bisa kita gunakan untuk membeli sebuah produk reksa dana.
Skema Lumpsum
Untuk metode yang pertama bisa kita sebut sebagai metode lumpsum, dengan skema ini kamu berinvestasi dalam reksa dana secara langsung dengan dana banyak.
Semisal kita mempunyai dana Rp1 Miliar, dengan skema lumpsum, dana tersebut akan langsung dimasukkan semuanya ke sebuah produk reksa dana. Itulah yang dikenal dengan skema lumpsum.
Keuntungan menggunakan skema ini, kamu bisa langsung mendapatkan imbal hasil yang optimal karena kamu mempunyai dana modal yang besar.
Skema DCA (Dollar Cost-Averaging)
Berbeda dengan lumpsum, dalam DCA, kita menginvestasikan uang kita secara bertahap dengan nominal yang sama setiap kurun waktu yang sudah ditentukan.
Kita gunakan lagi contoh dana Rp1 Miliar tadi, dengan dana Rp1 Miliar saat kita gunakan skema DCA maka dana kita akan dipecah-pecah ke beberapa bagian dan menginvestasikannya dalam perioder tertentu. Misal tiap bulan kita investasikan Rp100 juta, maka dana kita akan dipecah menjadi 10x pembelian.
Kelebihan menggunakan skema DCA, kamu jadi bisa memonitor kapan waktu terbaik untuk investasi.
Lumpsum VS DCA, Mana yang Terbaik?
Dari dua skema diatas punya tujuan masing-masing. Kita tidak bisa sepenuhnya bilang bahwa skema yang satu terbaik dan skema yang satunya jelek. Ada waktu dimana kita harus gunakan skema lumpsum dan ada waktu kita gunakan skema DCA.
Skema Lumpsum digunakan untuk kamu yang berinvestasi dalam Reksa Dana Pasar Uang. Karena RDPU sifatnya punya return yang stabil, maka akan cocok dengan skema ini.
Untuk Skema DCA cocok bagi investor yang menginvestasikan dananya pada instrumen Reksa Dana Campuran dan Reksa Dana Saham, karena dengan DCA kita bisa memonitor saat yang tepat untuk investasi, contohnya saat harga sedang turun.
Platform Investasi Reksa Dana yang Paling Terbaik
Di pembahasa diatas, kita sudah banyak membahas tentang kenapa kita harus membeli reksa dana yang harganya sedang turun, cara memilih manajer investasi yang baik, harga reksa dana akan selalu naik, dan beberapa skema pembelian reksa dana.
Selanjutnya kita akan membahas platform mana yang menyediakan semua fitur tadi secara lengkap.
Ya…
Kamu memerlukan Bibit untuk melakukan itu semua.
Di Bibit kita dapat memilih banyak sekali pilihan reksa dana yang terbaik menurut kita dengan adanya fitur bandingkan reksa dana dan filter reksa dana saat kita ingin mencari sebuah reksadana.
Di Bibit juga tersedia fitur untuk investasi dalam bentuk DCA dengan memanfaatkan fitur Nabung Rutin Bulanan dan bayar menggunakan GoPay ataupun Bank Jago sehingga dapat memudahkan kamu untuk investasi setiap bulannya.
Bibit menyediakan versi situs web untuk investor yang lebih suka menganalisis sebuah produk reksa dana dari komputer atau PC dan tak lupa dalam bentuk aplikasi bagi kemudahan investor.
Intinya banyak sekali fitur didalam platform Bibit yang bisa kamu gunakan untuk investasi. Tunggu apalagi, daftar di Bibit sekarang dan dapatkan cashback senilai Rp25.000,00 saat pertama kali kamu membeli reksa dana di Bibit menggunakan kode referral : investasibibitbaru.